Sunday, 15 February 2015

makalah tasawuf

MAKALAH 
Pengertian Tasawuf, Dasar-dasar Qur’ani Dan Perkembangan Tasawuf 
Di ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf Dosen 
Pembimbing : Drs H. Yusuf M. Ag 


 Disusun oleh : Kelompok  1. Jamaludin 

 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DR. KHEZ. MUTTAQIEN

 KATA PENGANTAR 
 Teriring puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Selanjutnya dengan iringan rahmat, inayah serta hidayah dari Allah SWT, alhamdulillah kami telah di beri kemampuan untuk menyusun sebuah makalah dengan judul ”PENGERTIAN TASAWUF, DASAR-DASAR QUR’ANI DAN PERKEMBANGAN TASAWUF. Makalah yang saya susun berisikan tentang pengertian tasawuf dan perkembangan tasawuf itu sendiri serta pembahasan mengenai dasar-dasar qur’ani, semoga dengan disusunnya makalah ini menjadi bahan kajian untuk kita semua dalam konteks tasawuf diantara berbagai macam perspektif. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempuran makalah ini. Akhir kata saya sampaikan, semoga dalam penyusunan makalah ini menjadi pembelajaran untuk kita, dalam mengenal tasawuf itu diantara ragam perspektif. Semoga senantiasa usaha kita diridhoi allah SWT. Wanayasa oktober 2012 

 DAFTAR ISI 
 KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1 a. Latar Belakang................................................................................................................1 
b. Identifikasi Masalah........................................................................................................2 
c. Tujuan Penulis.................................................................................................................2 
BAB II PEMBAHASAN MASALAH...................................................................................................3 1.1 Pengertian Tasawuf Dan Dasar-dasar Qur’ani.............................................................5 
1.2 Dasar-dasar Qur’ani Tasawuf.......................................................................................5 
1.3 Sejarah Paham Tasawuf....................................................................................7 
BAB III ANALISIS KRITIS.................................................................................................................11 
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................12 a. Kesimpulan..................................................................................................................12 b. Saran............................................................................................................................12 
c. Daftar Pustaka..............................................................................................................13 


BAB I PENDAHULUAN 

a. Latar Belakang 
 Tasawuf adalah kehidupan rohani dan lebih tegas lagi bahwa bertasawuf itu adalah fitrah manusia. Melihat pengertian tasawuf dimulai dari pembersihan diri yang bertujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi oleh karena Allah SWT itu adalah Nur dan Maha Suci, maka hamba yang ingin berhubungan dengan Allah harus berusaha melepaskan rohnya dari kungkungan jasadnya. Untuk dapat melepaskan roh itu ditempuh jalan riadah (latihan) yang memakan waktu cukup lama. Riadah ini juga bertujuan untuk mengasah roh itu supaya tetap suci. Naluri manusia tetap ingin mencapai yang baik dan sempurna dalam mengarungi kehidupannya. Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan itu tidak dilalui dengan mempergunakan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu adalah produk manusia dan hanya merupakan alat yang pendek. Manusia akan merasa kehilangan dan kekosongan kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju hidayah dan kebahagiaan itu tidak lain hanya dengan iman yang kokoh, perasaan hidup yang aman tenteram yang berdiri di atas rasa cinta. Sesungguhnya tujuan akhir manusia adalah mengikat lingkaran rohaninya dengan Allah SWT sebagai hubungan yang selamanya benar. Apabila orang hanya merasa bahwa akalnyalah satu-satunya yang menjadi imam dan pemberi petunjuk, dia jauh dari pembicaraan kegiatan kehidupan rohani, merasa bangga karena sudah merasa memiliki kemewahan dunia, maka orang tersebut kata Huxley setingkat dengan binatang. Justru karena itu dibutuhkan suatu kehidupan rohani yang mendekatkan seseorang kepada Allah dan ini hanya bisa diatur dalam kehidupan tasawuf. A. Identifikasi Masalah Agar batasan ini lebih terfokus dan dapat lebih di mengerti, maka perlu di buat identifikasi masalahnya. Adapun identifikasi masalah tersebut antara lain: 1. Apa Pengertian Tasawuf ? 2. Seperti Apa Dasar-dasar Qur’ani Tasawuf ? 3. Seperti Apa Sejarah Paham Tasawuf ? 4. TujuanPenulis 1. Mengetahui Pengertian Tasawuf 2. Mengetahui Dasar-dasar Qur’ani Tasawuf 3. Mengetahui Sejarah Paham Tasawuf.

 BAB II PEMBAHASAN MASALAH 

 A. PENGERTIAN TASAWUF DAN DASAR-DASAR QUR-ANI 

 1. Pengertian Tasawuf Menurut Bahasa Untuk mengajukan pengertian tasawuf menurut bahasa, tergantung dari segi mana kita memandang tasawuf itu dan tergantung sejauh mana kita tahu, mengerti dan memahami tasawuf itu, maka itulah pengertian tasawuf menurut versi kita, namun dalam hal ini saya mengambil pengertian tasawuf dari sumber bahasa tasawuf itu sendiri. Tasawuf berasal dari bahasa Arab. Dalam hal ini para 'ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tasawuf dari segi bahasa Arab yang mereka miliki, tergantung dari segi mana para 'ulama memandang tasawuf itu dan tergantung sejauh mana para 'ulama tahu, mengerti dan memahami tasawuf dan jika mereka memberikan pengertian diiringi dengan kebencian terhadap tasawuf maka biasanya pengertian yang mereka berikan terhadap tasawufpun berkesalahan, karena dipengaruhi oleh unsur kebencian dalam hatinya terhadap tasawuf, hal ini bisa saja terjadi karena kekurang tahuannya terhadap tasawuf. Untuk itu mari kita simak pendapat para 'ulama tentang pengertian tasawuf menurut bahasa. Insya Allah saya telah berhasil mengumpulkan pengertian tasawuf dari berbagai sumber, dalam hal ini saya dapatkan ada 8 (delapan) pendapat pengertian tasawuf menurut bahasa, yaitu: 1. Tasawuf berasal dari istilah yang diserupakan dengan "ahlus Suffah" yaitu salah satu kelompok jama'ah di zaman Rasulullah SAW yang hidupnya gemar berdiam diri berlama-lama beribadah di Masjid dan di sekitar Masjid. 2. Tasawuf berasal dari kata "shafa", merupakan fi'il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya nisbah yang ditujukan sebagai julukan untuk orang-orang yang bersih atau suci (orang-orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah). 3. Tasawuf berasal dari kata "shaf", ditamsilkan kepada orang-orang yang berada di shaf depan dalam sholat, maksudnya agar para sufi menjadi contoh dan suri tauladan yang terbaik dalam mengikuti peri kehidupan Rasulullah SAW. 4. Tasawuf di tamsilkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah yang gemar mendirikan tenda-tenda di tengah padang pasir tatkala kemalaman dalam musafir. 5. Tasawuf berasal dari kata "sufi" yang artinya adalah orang suci atau orang yang rajin mensucikan dirinya kepada Allah SWT menurut tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pendapat ini yang paling populer di kalangan sufi. 6. Tasawuf berasal dari kata "shaufanah" yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di padang pasir Arab. Hal ini disebabkan karena mereka mendapati pakaian jubah para sufi di masa itu banyak bulunya, sehingga ditamsilkan dengan shaufanah. 7. Tasawuf berasal dari kata "shuf" yang artinya bulu domba atau wol. Hal ini dikarenakan para sufi di masa awal rajin memakai jubah yang terbuat dari benang wol berbulu domba sebagai tanda kerendahan hati dan kewarokan para sufi dalam berkehidupan di bumi Allah ini dan menghindari bermegah-megahan. 8. Tasawuf berasal dari kata "wazan tafa'ul", yaitu "tafa'ala-yatafa'alu-tafa' 'ulan" dengan imbangannya "tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan". Dalam hal ini tasawuf dapat berkonotasi makna dengan "tashawwafa arrajulu" artinya seorang laki-laki telah mentasawuf, maksudnya laki-laki itu telah hijrah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan sufi, karena biasanya orang yang telah memasuki dunia tasawuf mereka mempunyai simbol-simbol seperti cara berpakaian yang terbuat dari benang wol, bahkan ada yang berpakaian jubah terbuat dari goni bolang (goni beras) sebagai bukti kesederhanaannya. Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab: تصوف ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata “Sufi”. Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan. Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari “Ashab al-Suffa” (“Sahabat Beranda”) atau “Ahl al-Suffa” (“Orang orang beranda”), yang mana adalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di berada masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa B. Dasar-Dasar Qur`ani Tasawuf Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw, dan sebagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawakal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain. Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan yang ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur’an yang Artinya : “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kamiberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura [42] : 20). Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 20 yang Artinya : “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut. Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah dalam Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3 yang Artinya : “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam Q.S as-Sajadah [ ] ayat : 16 yang Artinya: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harapMaksud dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam”. B. Sejarah paham Banyak pendapat pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Berbagai sumber mengatakan bahwa ilmu tasawuf sangat lah membingungkan Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah[. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya, yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara orang penganut paham tersebut disebut orang sufi. Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figaur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabi’ah al-‘Adawiyah. Beberapa definisi sufisme: • Yaitu paham mistik dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne). • Yaitu aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr. C.B. Van Haeringen). Pendapat yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama Islam: • Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini. (Nuh Ha Mim Keller, 1995). • Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma." [11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.] Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam: • Sufisme berasal dari bahasa Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne). • (Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke leer) yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel) dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz). • Al Quran pada permulaan Islam diajarkan cukup menuntun kehidupan batin umat Muslimin yang saat itu terbatas jumlahnya. Lambat laun dengan bertambah luasnya daerah dan pemeluknya, Islam kemudian menampung perasaan-perasaan dari luar, dari pemeluk-pemeluk yang sebelum masuk Islam sudah menganut agama-agama yang kuat ajaran kebatinannya dan telah mengikuti ajaran mistik, keyakinan mencari-cari hubungan perseorangan dengan ketuhanan dalam berbagai bentuk dan corak yang ditentukan agama masing-masing. Perasaan mistik yang ada pada kaum Muslim abad 2 Hijriyah (yang sebagian diantaranya sebelumnya menganut agama Non Islam, semisal orang India yang sebelumnya beragama Hindu, orang-orang Persi yang sebelumnya beragama Zoroaster atau orang Siria yang sebelumnya beragama Masehi) tidak ketahuan masuk dalam kehidupan kaum Muslim karena pada mereka masih terdapat kehidupan batin yang ingin mencari kedekatan diri pribadi dengan Tuhan. • Keyakinan dan gerak-gerik (akibat paham mistik) ini makin hari makin luas mendapat sambutan dari kaum Muslim, meski mendapat tantangan dari ahli-ahli dan guru agamanya. Maka dengan jalan demikian berbagai aliran mistik ini yang pada permulaannya ada yang berasal dari aliran mistik Masehi, Platonisme, Persi dan India perlahan-lahan mempengaruhi aliran-aliran di daam Islam (Prof.Dr.H.Abubakar Aceh). • Paham tasawuf terbentuk dari dua unsur, yaitu (1) Perasaan kebatinan yang ada pada sementara orang Islam sejak awal perkembangan Agama Islam,(2) Adat atau kebiasaan orang Islam baru yang bersumber dari agama-agama non-Islam dan berbagai paham mistik. Oleh karenanya paham tasawuf itu bukan ajaran Islam walaupun tidak sedikit mengandung unsur-unsur Ajaran Islam, dengan kata lain dalam Agama Islam tidak ada paham Tasawuf walaupun tidak sedikit jumah orang Islam yang menganutnya (MH. Amien Jaiz, 1980) • Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, ia itu bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam , dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha" - At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc) 

 BAB III ANALISIS KRITIS 

 Tasawuf yaitu upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada allah SWT, dan itu adalah definisi secara garis besar. Menurut perspektif saya, tasawuf bukan hanya di interpretasikan dalam konteks itu saja, seperti memakai pakaian sobek (tambalan), karena ingin terlihat rendah diri dan jauh dari kemewahan dunia atau terus-menerus berdzikir tanpa ada waktu untuk hal sosial yang menjadi kewajiban dirinya. sampai-sampai seseorang yang sudah berkeluarga, dia melupakan kewajiban untuk menafkahi keluarga tersebut, dan saya kira ini bukan menjadi sebuah konteks tasawuf, melainkan kegiatan yang akan menjadi penghalang ketaatan kita kepada allah SWT, karena kita telah melupakan kewajiban kita sebagai manusia yang hanya memprioritaskan berdzikir tanpa ada waktu untuk yang lainnya. Kita lihat sekilas biografi Nabi Muhammad SAW, kalau kita ketahui Nabi kita adalah seorang sufisme, sering bertahanus, mendekatkan diri kepada allah SWT, berdzikir setiap saat, tapi rasul tidak pernah melupakan kewajiban dirinya sebagai makhluk sosial yang selalu dibutuhkan oleh umatnya pada saat itu. Kita ketahui kehidupan rasul sangat sederhana sekali, contoh seperti berpakaian sederhana, apabila pakaiannya sobek rasul menambalnya sendiri, begitu pun dari makan rasul, sangatlah sederhana tidak berlebihan. Untuk itu kita sebagai umatnya, sudah sepantasnya mencontoh sifat-sifat yang telah ada pada diri rasul yang telah mencakup unsur-unsur tasawuf, sebab dalam tasawuf itu buahnya akhlak, sehingga kita benar-benar bisa berprilaku baik dan rendah hati. Oleh karena itu kita harus memaknai tasawuf lebih dalam lagi, jangan memandang tasawuf dalam satu persepektif saja. Jika saya membuat sebuah persepsi, saya lebih setuju tasawuf dimasuk dalam kontek gerakan moral.

 BAB IV PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Telah jelas dalam pembahasan diatas bahwa tasawuf adalah upaya mensucikan diri dan jiwa, jauh dari kesenangan dan kemewahan, semua hanya tertuju untuk mendekatkan diri kepada allah SWT, dan tasawuf mengundang banyak penafsiran, tergantung perspektif seseorang dalam menginterpretasikannya. Dan telah dijelaskan tasawuf merupakan implementasi dari nash-nash al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawakal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain. Selain hal itu perkembangan taswuf sendiri dilatar belakangi oleh faktor politik, pada jaman dahulu Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah , yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figaur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabi’ah al-‘Adawiyah. 
 B. Saran 
 Sebaiknya tasawuf dijadikan salah satu konteks gerakan moral, bukan sebagai implementasi kezuhudan dan melupakan kewajiban sosial, karena banyak realita kehidupan seseorang dalam tasawuf, tapi akhlaknya jelek, tidak mengaplikasikan unsur-unsur yang ada dalam tasawuf itu sendiri. 

 DAFTAR PUSTAKA •

sumber: http://koran.republika.co.id/koran/153/137848/MAULANA_SYEKH_MUHAMMAD_HISYAM_KABBANI_Tasawuf_Adalah_Zikir • Posted by siputra at 6:25 AM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

No comments: